Monday, December 19, 2016

5 Budaya Di Indonesia Di Klaim Negara Lain

https://ra9amsukubudaya.blogspot.com/
Sebagai warga negara yang memiliki jutaan kebudayaan, kita tentunya memiliki rasa bangga tersendiri kepada Indonesia. Bayangkan, dari Sabang hingga Merauke saja kita sudah kaya dari segi jumlah penduduk, luas wilayah, sampai pada keberagaman budaya yang dimiliki setiap daerah. Jangankan satu negara, di satu pulau yang terdiri dalam beberapa wilayah kota dan kabupaten saja, kita sudah bisa menemukan ratusan dan mungkin ribuan kebudayaan yang berbeda-beda mulai dari bahasa, kebiasaan, pakaian daerah, lagu daerah, dan lain-lain.

Coba perhatikan gaya bahasa yang digunakan sehari-hari antara orang Jawa Tengah dengan Jawa Timur dan Jawa Barat. Atau coba bedakan kebiasaan orang Kalimantan Timur dengan Kalimatan Barat. Bahkan budaya yang ada di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua, sudah menyumbang sepertiga dari keseluruan budaya Indonesia. Kurang kaya apa?

Sayangnya, kesadaran kita sebagai masyarakat, khususnya anak muda, dalam mencintai dan melestarikan budaya Indonesia tak setinggi rasa bangga yang dimiliki. Bisa dikatakan, kita sangat kurang dalam memiliki kesadaran untuk mempertahankan warisan budaya ini. Padahal, bangga tanpa kontribusi ikut menjaga eksistensi budaya Indonesia sama saja dengan tak membantu Bumi Pertiwi. Akibat dari rasa ketidakpedulian kita dalam menjaga budaya kita sendiri, akhirnya budaya asli Indonesia justru diambil dan diklaim oleh negara lain. Mungkin sebagian besar dari kita sudah tahu berbagai kasus mengenai klaim negara lain terhadap budaya sendiri. Kalau kamu belum tahu sama sekali soal pemberitaan itu, simak daftar berikut yang menunjukkan rekap berbagai budaya Indonesia yang ‘dilestarikan’ negara lain.

1 Batik Jawa digunakan sebagai desain produk perusahaan asal Jerman

Kasus pertama adalah Batik dari Jawa yang desainnya digunakan sebagai desain produk-produk Adidas pada tahun 2006. Ada beberapa produk yang menggunakan desain batik ini seperti jaket, kaos, sepatu, dan topi. Dalam seri “Adidas Materials of the World Project“, produk Adidas yang menggunakan budaya Batik Jawa ini hanya diproduksi sebanyak 1000 unit produk saja. Pro dan kontra terhadap kasus ini bergulir di antara masyarakat Indonesia. Ada yang mendukung dan merasa bangga dengan penggunaan motif Batik Jawa tersebut dan beranggapan bahwa budaya kita semakin dikenal dan disukai oleh masyarakat dunia. Di sisi seberang, tak sedikit yang tidak setuju bahkan memrotes habis-habisan sebab produk Adidas seri tersebut sudah termasuk dalam kategori pelanggaran HAKI.

Berita mengenai izin penggunaan motif Batik Jawa oleh Adidas ini tidak terdengar jelas. Meski kita merasa bangga sebab budaya kita mampu menjadi inspirasi produk perusahaan kelas dunia, akan tetapi kita harus juga berpikir bahwa tujuan penggunaan motif Batik Jawa yang sudah dipatenkan menjadi budaya Indonesia oleh Adidas ini adalah kepentingan komersial. Di sinilah letak permasalahan yang memunculkan kontra dari masyarakat Indonesia.

2 Lagu dan Tarian Daerah, Kain, hingga Pulau Kecil di Indonesia diklaim Negara Malaysia

Pemberitaan masalah yang satu ini mungkin lebih gencar dan lebih akrab di telinga kita. Klaim budaya Indonesia yang dilakukan Malaysia bahkan tidak hanya dilakukan satu atau dua kali dan bukan hanya pada beberapa budaya Indonesia. Mulai dari lagu daerah, tarian tradisional, hingga produk kain dan juga pulau kecil yang semuanya termasuk dalam warisan budaya Indonesia sempat diklaim oleh Malaysia. Perdebatan masyarakat dua negara ini bahkan sempat membuat blok dan saling menjatuhkan antara Indonesia dengan Malaysia.

Beberapa warisan budaya dan kekayaan negeri yang sempat dinyatakan sebagai budaya asli Malaysia antara lain Batik, Lagu Rasa Sayange (dari Maluku), Reog Ponorogo, Wayang, Kuda Lumping, Rendang (makanan daerah Padang), Keris, Angklung, Tari Pendet, Tari Piring, Tari Tor Tor, Gamelan Jawa, Pulau Sipadan dan Ligitan, Blok Ambalat, dan juga Perairan Sambas. Cukup mencengangkan sebab klaim yang dilakukan Malaysia tak hanya pada sebagian kecil dari budaya Indonesia namun hampir mencakup semua tipe budaya.

3 Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti (Bali) diklaim Oknum Warga Negara Amerika

Bentuk kebudayaan lain yang sempat diklaim oleh negara lain adalah desain kerajinan perak Desak Suwarti, pengrajin perak asal Desa Celuk, Gianyar, yang diklaim oleh warga negara Amerika, mantan konsumennya yang menyatakan bahwa desain kerajinan perak tersebut sebagai hasil karyanya dan digunakan untuk kepentingan komersial. Lebih menyedihkan lagi, Desa Celuk bahkan sempat mendapat tuduhan karena melanggar HAKI atau TRIPs (Trade Related Intellectual Property Rights) atas karyanya sendiri yang diklaim oleh orang lain.

4 Kopi Gayo diklaim Perusahaan Multinasional Belanda

Salah satu warisan budaya Indonesia adalah makanan dan minuman yang menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat kita. Warisan budaya Indonesia yang juga menjadi kebanggaan kita dalam bentuk minuman salah satunya adalah Kopi Gayo yang merupakan kopi asli Aceh. Siapa sangka, jenis kopi arabika ini pernah diklaim oleh Belanda, negara yang menurut sejarah pernah menjajah bangsa kita. Masalah muncul ketika kopi asli Indonesia ini diproduksi perusahaan asal Belanda dan sempat diklaim sebagai produksi Negara Seribu Kincir tersebut. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah menyatakan meski konflik perebutan hak merek kopi tersebut belum tuntas, namun perusahaan Belanda tersebut kini tak lagi dapat mengklaim produk tersebut dan mereka memiliki kewajiban untuk membubuhkan label Indikasi Geografi atau IG pada setiap bungkus produk.

Label Indikasi Geografi tersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum yang akan melindungi nama asal produk sehingga pihak yang tidak berhak seharusnya tidak bisa menggunakan IG apalagi bila penggunaannya cenderung menipu konsumen dari informasi yang tepat mengenai produk tersebut. Kopi Arabika Gayo sendiri merupakan jenis kopi yang hanya dibudidayakan di tiga wilayah di Indonesia, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan juga Gayo Lues.

5 Kopi Toraja (Sulawesi Selatan) diklaim perusahaan asal Jepang

Tahun 2005, Kopi Toraja yang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya berasal dari Sulawesi Selatan, pernah menjadi bahan perdebatan dan perebutan antara Indonesia dengan Jepang. Pasalnya, produk ini pernah diklaim oleh Jepang sebagai produk asli negara maju tersebut. Bahkan, harga Kopi Toraja yang ditawarkan sejak dibungkus oleh Jepang bisa mencapai Rp169 ribu per cangkir! Promosi yang dilakukan bahkan secara terang-terangan menyatakan bahwa Kopi Toraja sudah menjadi produk yang berlabel KEY COFFEE.

Saat ini pemerintah sedang berusaha melakukan aktivitas sertifikasi berkaitan dengan kopi yang mendapat julukan ‘Queen of Coffee’ ini. Penggemar kopi yang menginginkan kopi dengan cita rasa kuat namun kadar keasaman relatif rendah bisa menjadikan Kopi Toraja sebagai pilihan tepat.

Rasa bangga boleh saja kita miliki namun tentu harus menerima konsekuensi untuk ikut melestarikannya. Jika sudah terjadi kasus klaim budaya oleh negara lain, baru kita bingung untuk merebut kembali dan cenderung menyalahkan pemerintah karena tidak peduli pada harta negara. Sebenarnya, kitalah yang harus memulai perubahan dan revolusi mental, termasuk dalam upaya menjaga dan melestarikan budaya Indonesia. Hanya mengajukan protes kepada pemerintah untuk mengambil kembali budaya kita yang mungkin nantinya tidak akan kita jaga bukanlah sebuah tindakan yang akan menciptakan perubahan dan mengembalikan semua budaya Indonesia menjadi warisan kita. Jadi, masih mau sekadar bangga tanpa kontribusi apa-apa terhadap budaya Indonesia?